Senin, 14 April 2014

MAKALAH EMULSI

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EMULSI”.
Tidak lupa Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa, penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh Ibu Dra. Sabiha Ramdlani J, selaku dosen pengampu mata kuliah Farmasetika 1 ini.


Gorontalo, Mei 2013           

Sultan Arief Pakaya            


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat dalam ruang ringkup farmasetika.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi emulsi ?
2.      Apa saja komponen- komponen emulsi?
3.      Apa saja tipe emulsi?
4.      Apa tujuan pemakaian emulsi ?
5.      Apa saja teori terjadinya emulsi?
6.      Apa saja bahan-bahan pengemulsi?
7.      Bagaimana cara pembuatan emulsi ?
8.      Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?
9.      Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?
10.  Apa saja kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi?
11.  Evaluasi resep dan contoh produk yang beredar dalam pasaran.

C.    Tujuan
Mahasiswa dapat :
1.         Mengetahui definisi emulsi.
2.         Mengetahui komponen- komponen emulsi.
3.         Mengetahui tipe emulsi.
4.         Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.
5.         Mengetahui teori terjadinya emulsi.
6.         Mengetahui bahan-bahan pengemulsi.
7.         Mengetahui cara pembuatan emulsi.
8.         Mengetahui cara membedakan tipe emulsi.
9.         Mengetahui kestabilan emulsi.
10.     Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi.
11.     Mengetahui contoh dan cara mengerjakan resep serta contoh produk yang beredar dalam pasaran.





BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase  yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi  dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alamsebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B.            Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1.        Komponen dasar
       Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :
§  Fase dispers /  fase internal /  fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

§  Fase  kontinue / fase external / fase luar
Yaitu zat  cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

§  Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2.        Komponen tambahan
          Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada   emulsi  untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
          Preservative yang digunakan  antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain – lain.
          Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,  asam sitrat, propil gallat , asam gallat.
                       
C.      Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
 1.   Emulsi tipe  O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.

2.    Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

D.      Tujuan pemakaian emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil  dan rata dari campuran  dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1.        Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w

2.    Dipergunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

C.             Bahan Pengemulsi (Emulgator)

·        Emulgator alam
          Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang  rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga  golongan yaitu :

1.       Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
          Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
·      kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
·      terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang       (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan : 

·      Lemak-lemak padat : PGA  sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi  dengan air panas 1,5 X  berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
·      Minyak atsiri :  PGA sama banyak dengan minyak atsiri

·      Minyak lemak  : PGA  ½  kali   berat minyak, kecuali oleum ricini  karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh :  Oeum amygdalarum

·      Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam  minyak lemak
Kedua minyak dicampur  dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom  ( ½ x myk lemak  +  aa x  myk atsiri + aa x zat padat )

·      Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :
Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak ¾  kali  bahan obat cair.

·      Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.

·      Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak. 

b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.
                                                                
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum  dipakai agar-agar  tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila  suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya              digunakan 1-2 %

d. Chondrus
Sangat baik dipakai  untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa  dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa  1-2 %.

2.    Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin  (golongan  protein / asam amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak  menguap dua kali  beratnya.

b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe  w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

           
3.    Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
Merupakan senyawa  anorganik  yang terdiri dari garam - garam magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak  1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

       b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.


·           Emulgator buatan

1.    Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.

2.    Tween 20 : 40 : 60 : 80

3.    Span   20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
·           Anionik        :    sabun alkali, natrium lauryl sulfat
·           Kationik       :    senyawa ammmonium kuartener
·           Non Ionik     :    tween dan span.
·           Amfoter        :    protein, lesitin.


D.           Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :

1.        Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi  (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2.   Metode gom basah atau metode Inggris.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut)  agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu  baru diencerkan dengan sisa air.

3.    Metode botol atau metode botol forbes.
Digunakan untuk minyak menguap dan  zat –zat  yang bersifat minyak  dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,  tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. 

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi
Untuk membuat emulsi  biasa digunakan :

1.    Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.

            2. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

3.    Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

4.    Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh  derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

E.           Cara Membedakan Tipe Emulsi
          Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu    :

1.        Dengan  pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2.    Dengan pengecatan/pemberian warna.
Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya  (dilihat dibawah mikroskop)
-            Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak
-            Emulsi +  larutan metilen blue  dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.

3.   Dengan kertas saring.
Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah  maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4.    Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi  tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o.


F.              Kesetabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1.    Creaming  yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible  artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2.   Koalesen dan cracking  (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi  partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya    irreversible ( tidak bisa diperbaiki).  Hal ini dapat terjadi karena :
·      Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.
·      Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3.   Inversi  adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe  emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya.  Sifatnya irreversible.
                 
G.        Kelebihan dan Kekurangan Emulsi
i.      Kelebihan :
a.       Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.
b.      Mudah ditelan.
c.       Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat
ii.    Kekurangan :
a.       Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.
b.      Takaran dosis kurang teliti.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.Biasanya terdiri dari dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan emulgator serta komponen tambahan.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.
Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan  tipe emulsi w/o atau m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.
Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.


B.     Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan emulsi.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta
2.   Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen    Kesehatan Republik Indinesia: Jakarta.
3.  Anief, Moh. (2005). ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

4.      Ditjen POM. (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474, 509.









TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Ditulis oleh Sultan Arief Pakaya Semoga bermanfaat bagi anda sekalian

Makalah Suspensi


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.
1.2 Tujuan
a.       Untuk mengetahui sediaan suspense
b.      Mengetahui proses pembuatan sediaan suspense
1.3   Manfaat
a.       Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspense
b.      Memahami proses pembuatan suspense
c.       Mengetahui macam-macam golongan sediaan suspensi 
d.      Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
            Suspensi adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terspersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :
1.      Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
2.      Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
3.      Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
4.      Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
5.      Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
6.      Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai.
2.2. Stabilitas suspensi
            Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi adalah memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
o   Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
o   Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun(kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
Keterangan : V = kecepatan aliran.
                      d = diameter dari partikel
                       = berat jenis dari partikel
                      o = berat jenis cairan
                      g = gravitasi
                      12 n = viskositas cairan
o   Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
o   Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
            Stabilitas fisik suspensi farmasi ddidefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk cimpacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
            Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsetrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalamresep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
            Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternak dapat dinaikkan denan penambahan zat pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
            Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
       I.            Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
ü  Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis.
ü  Satu botol ditambah dengan asm dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.
ü  Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asm dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah :
Ø  Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
Ø  Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
Ø  Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
Ø  Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.
Golongan bukan gom
                 Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan kedalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
                        Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
  II.               Bahan pensuspensi sintesis
·         Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuanmenambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya semakin besar angkanya bearti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.
·         Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
2.3. Cara mengerjakan obat dalam suspensi
·         Metode pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
§  Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º serbuk akan mengambang diatas cairan . serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antar partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau welling agent.
§  Metode praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.
·         Sistem pembentukan suspensi
§  Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
§  Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Ø  Deflokulasi
o  Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
o  Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
o  Sedimen terbentuk lambat.
o  Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
o  Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Ø  Flokulasi
o  Partikel merupakan agregat yang bebas.
o  Sedimen terjadi cepat
o  Sedimen terbentuk cepat
o  Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
o  Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
2.4. Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 katagori :
§ Penggunaan”structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensistructure vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
§ Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokasi ialah :
1.    Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2.    Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3.    Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4.    Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambahstucture vehicle.
5.    Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structure vehicle.
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan, atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfameranzin yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Alumunium trichlorida).
Bahan pengawet.
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil para benzoat (1:1250), etil p. Benzoat (1:14000), nipasol, nipagin ± 1 %. Disamping itu, banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
2.5. Penilaian stabilitas suspensi
1.    Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Va) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2.    Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc).                
3.    Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimen dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4.    Perubahan ukuran partikel
Digunakan carafreeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
2.6.  Kelemahan dan Keuntungan suspensi
1)      Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
2)      Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b.Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar         kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
      Dalam membuat sediaan suspensi kita harus memperhatikan syarat-syarat atau karakteristik bahan yang akan digunakan sehingga hasilnya memuaskan. Kita  juga harus mengetahui mengetahui kekurangan dan kelemahan dari sediaan suspensi serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi pembuatan sediaan farmasi.


3.2 Saran
            Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti.











TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Ditulis oleh Sultan Arief Pakaya Semoga bermanfaat bagi anda sekalian